Ramadhan dibalik atap naungan anak rantau


Saur-saur... Saur...saur... suara itu dibarengi dengan pukulan keras menggunakan alat musik yang biasa digunakan untuk band, suara itu mampu menusuk kuping kami setiap malamnya. Tepat pukul 2 malam suara yang kami dengar dan kami dapatkan dalam waktu setahun sekali itu sudah menjadi hal biasa bagi kami.
Kami..
Sekelompok mahasiswa luar daerah yang mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan selama 3 tahun di Ibu Kota ini berkumpul dalam 1 atap rumah kecil dan istana bagi kami. Jika dijumlahkan kami bisa mencapai 90 orang yang terdiri dari 3 angkatan, dan kami terbagi menjadi 5 bagian yang ditempatkan dalam 1 rumah. Ramadhan bagi kami adalah bulan suci yang terkadang membuat kita merasakan bagaimana nyamanya berada dirumah berkumpul bersama keluarga. Namun, itu semua kita rasakan jika kita telah menyelesaikan waktu kuliah dan waktu libur yang dengan semangat menjumpai kita diakhir bulan yang suci ini.

Saur tanpa keluarga besar dirumah..

Kebiasaan yang sebelumnya kita lamai selama masih duduk dikelas sekolah dan belum menginjak ibu kota ini selalu kami rasakan jika waktu saur telah tiba. Mata yang terlihat sayup dan memandang satu sama lain untuk sekeda bercengkerama sejenak dan bersiap memburu menu makan itu mengawali waktu saur kita. Aktivitas rutin setiap pagi yang kami lakukan ini membuat kami sadar bahwa kami masih membutuhkan orang lain, kami masih harus belajar saling perduli satu sama lain. Walau terkadang suara keras yang dilakukan oleh beberapa teman untuk berusaha membangunkan teman yang lainnya membuat kami dapat banyak berucap syukur atas keperdulian mereka. Dilanjutkan dengan bergerombol membeli dan mencari warung makan untuk disantap saat sahur. Mungkin saat ini sudah mulai dipermudah dengan adanya kompor yang dapat kami gunakan untuk memasak walau hanya sekedar telor dan mie instan untuk sahur. Tapi.. itu semua justru yang menjadi andalan kami yang terkadang kesiangan dan selalu mendekati waktu imsak untuk sahur.

Buka puasa berburu dimesjid...

Ibu kota memang ibu bagi kami, ibu bagi Indonesia dan kami semua adalah termasuk didalamnya. Berkumpulnya suku bangsa dan bahasa yang berbeda namun satu jua itu selalu membuat kami kompak. Kompak sebelum adzan magrib berkumandang, salah satunya kami memiliki julukan waktu ngabuburit dengan sebutan PPT. FILM YANG SELALU TAYANG SAAT RAMADHAN. Eh, bukan sob hehehe... itu kepanjangan dari Para Pemburu Takjil. Aktivitas yang membuat kami selalu siap dan sedia untuk menempati posisi dimesjid dan mendapatkan takjil gratis. Suasana berkumpul yang menjadi teman kami dimomen itu menggantikan ingatan saat kita merindukan canda tawa sanak sodara kita saat menunggu waktu buka. Welll..... itulah kami Para Pemburu Takjil 2015.

Pemesanan tiket mudik dan nunggu uang transport..

Dana yang disediakan untuk kami memang Alhamdulillah, apalagi jika waktu libur panjang tiba yang kami alami setahun sekali ini selalu kami tunggu. Untuk beberapa teman yang jauh dan berada diluar pulau pastilah mendapatkan uang tiket yang sesuai selama perjalanan dan terlihat cukup besar. Namun, semua itu memang sesuai dan selalu menjadi trending topic bagi kita. Pasalnya tiket yang jauh-jauh hari harusnya sudah kami pesan selalu kami tunda karena menunggu turunnya uang tiket tersbut.

Persiapan Kepulangan... udah ah ceritanya udah jam setengah 6 sore nih. Ane mau jadi personil PPT dulu... hehehehe
Reactions

Posting Komentar

1 Komentar

Silahkan berkomentar dengan relevan :) Blogwalking with sharing...

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)