Memanusiakan Akal, Merendahkan Perjuangan



Pada dasarnya manusia tidak ingin direndahkan, malah mereka memiliki nilai positif berupa empati, simpatik, dan nilai-nilai yang berlandasakan keperdulian pada sesama. Akal mereka berkembang seiring pertumbuhan dan pencapaian wawasan yang mereka dapatkan, serta pengalaman-pengalaman yang membuat manusia dapat merasakan pembelajaran.

Keperdulian terhadap penderitaan orang lain, keperdulian terhadap kebodohan orang lain, atau bahkan rela lapar untuk mengenyangkan orang lain. Keperdulian seperti apa yang membuat manusia mau membantu perjuangan seseorang?. Semua tergantung bagaimana kamu mendifinisikannya, bahkan jika keperdulian itu terkesan salah dan malah berdampak negatif pada akhirnya. Misal saja, jika dulu kamu pernah memberikan contekan jawaban kepada teman disebelahmu, lalu temanmu itu mendapatkan nilai yang memuaskan. Sedangkan kamu hanya bisa termagun dan mungkin menggerutu karena nilaimu tidak jauh lebih baik darinya.

Siapakah yang berjuang disana?

Pernahkah kamu merasakan menjadi orang yang paling berjasa untuk orang lain. Hingga akhirnya mereka mampu mencapai impiannya menjadi sukses dan kamu hanya bisa berbalik sibuk menggerutu bahkan mengungkit masa lalu ketika dia berada pada masa kebodohan sebelum sukses. Seakan-akan tanpa dirimu, dia tidak akan bisa sesukses seperti saat ini.

Apakah begitu besar peranmu untuknya?

Mungkin dulu kamu salah dalam menempatkan prikemanusiaanmu terhadapanya, dia tidak butuh contekan darimu, yang dia butuhkan adalah motivasi dan kontribusimu agar dia mampu belajar dan memahami soal ujian. Harusnya kamu memanusiakan akalnya yang bodoh itu, bukan keperdulian agar dirinya tetap terkesan bodoh dimatamu.

Menurutmu dia tidak berjuang?

Perubahan itu dipengaruhi oleh faktor internal, dalam dirilah pengaruh terbesar seseorang dapat berubah. Bukan karena hanya jasamu atau hasil contekanmu, kamu sudah merendahkan perjuangan dia. Bisa saja setelah lulus sekolah dia berjuang sendiri bergelut dengan pengalamannya yang kelam dan terus memperbaiki diri.

“Pada dasarnya dari luar hanya mampu memfasilitasi. Setiap perubahan, pengaruh terbesarnya adalah diri sendiri. Titipan Tuhan pasti sudah digariskan, semua tergantung bagaimana kamu mampu mengolahnya hingga nasib baik berlabuh dalam kehidupanmu kelak.” @rais_jaka

Terima kasih.

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar